Tradisi Konvoi Masih Populer
TANJUNGPINANG,
TRIBUN-Jumat (24/5), Kebiasaan atau suatu tradisi memang sudah
melekat pada diri manusia. Justru itu manusia sulit untuk menghilangkannya,
karena kegiatan ini sudah terjadi secara turun temurun. Begitu juga dengan
teradisi konvoi yang masih berlaku dan tetap populer khususnya pada kalangan siswa
SMA yang baru saja lulus Ujian Nasional.
Kegiatan beramai-ramai di
jalan ini memang telah dilarang oleh Kepala Dinas. Kepala Dinas akan memberi
sanksi apabila siswa melakukan hal tersebut. Sanksinya adalah memanggil
masing-masing Kepala Sekolah.
Memang tindakan Kepala Dinas
sudah cukup bijak, tetapi untuk mengendalikan emosi anak seusia mereka sangat
sulit, karena mereka melakukan acara ini secara sembunyi-sembunyi sehingga
mereka berhasil melarikan diri dari kawasan guru. Padahal masing-masing guru di
sekolah telah memberi nasehat. “ Kami tidak setuju apabila kegiatan konvoi ini
dilakukan, karena kegiatan seperti ini akan mencelakakan siswa, kami juga
melarang siswa untuk mencoret baju, sehingga kami menyarankan siswa yang telah
lulus untuk membagikan baju sekolahnya kepada anak yang kurang mampu,” ujar Ibu
Budi ( Guru SMA PGRI Tanjungpinang ).
Selain itu siswa yang ikut
konvoi juga memang menunjukan sikap yang keterlaluan, mereka melakukan aksi
berdiri di atas motor dengan kebut-kebutan, saling jerit menjerit seperti tidak
selayaknya orang terpelajar.
Hal ini tentu saja sangat
merugikan masyarakat, karena selain jalan yang sempit mereka juga menggangu pengguna
jalan lainnya.“Kami melakukan konvoi ini adalah wujud dari suka cita, karena
kami merasa bahwa ini adalah hari kemenangan”,ujar Rifki.
Khawatir dengan kejadian
demikian SMA Negeri 4 Tanjungpinang juga mengambil kebijakan untuk mencegah
aksi konvoi dengan cara memperlambat pemabagian amplop kelulusan. “Kami sengaja
mengulur-ulurkan waktu, untuk mencegah terjadinya aksi konvoi, karena kalau
kami bagikan jam 16.00 WIB, anak-anak memiliki waktu yang banyak untuk
melakukan aksi berbahaya ini, ujar Alam Nasro ( Guru PKn SMA Negeri 4
Tanjungpinang ).
Tetapi usaha ini tidak
berhasil, dijumpai di jalan pramuka siswa-siswa SMA Negeri 4 ini bergerombolan melakukan
aksi tidak baik ini. Mereka sangat merasa puas dengan kelulusan. Padahal hal
ini akan membahayakan diri mereka dan oranglain.
Berbeda dengan itu, guru
PGRI juga mengambil kebijakan dengan mengundang orangtua ke sekolah.
Kelihatannya mereka berhasil dan tadi tidak kedapatan siswa mereka melakukan
aksi berbahaya tersebut, karena murid disarankan untuk pulang bersama orangtuanya.
Memang tindakan ini tidak
dapat mempersalahkan guru, karena di setiap sekolah guru telah memberI arahan
yang cukup. Tetapi semua itu tergantung cara berfikir siswa.Kebanyakan siswa
belum dapat berfikir positif secara maksimal. Seharusnya mereka melampiaskan
rasa wujud syukur tersebut dengan cara berdo`a dan bersyukur kepada Tuhan,
karena itulah cara bersyukur yang paling efektif untuk dilakukan, bukan
sebaliknya melakukan wujud syukur yang dapat membahayakan diri sendiri dan
orang lain.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar